Sunday, January 20, 2013

Tulisan Best Practice Guru



Kepiting Membuatku Malu Pada Pembelajaranku
Oleh: N. Khodijah – SMPN 1 Banyusari Karawang

Mendapatkan tugas sebagai guru model pada kegiatan lesson study pada tahun 2008 membuat mataku terbuka lebar, betapa mulianya tugas seorang guru bila melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik, terbersit dalam benakku perasaan berdosa terhadap anak didikku yang selama ini tidak mendapatkan apa yang selayaknya mereka dapatkan, apa yang salah dalam pendidikan di sekolah ? Hatiku bertanya-tanya mengapa begitu sulit menerapkan konsep dengan metode inkuiri, terbayang saat seorang anak menjawab tentang populasi, siswa tersebut bernama Reza , “Bu, Populasi adalah sekumpulan hewan-hewan, hampir semua siswa yang menjawab tidak mengarah ke mahkluk sejenis. Apa yang salah pada pembelajaranku ? padahal aku masih teringat betapa banyak persiapan yang sudah dilakukan, dari mulai mencari hewan –hewan dan tumbuhan di empang, saat itu aku ketakutan saat menangkap kepiting…ha…ha aku malu pada diriku sendiri, disaat anak didikku disuruh mengamati kepiting sementara gurunya takut kepiting, akhirnya aku punya ide untuk mengambil kepiting itu dengan sair.
            Pembelajaran berlangsung dengan penuh pengujian kesabaranku, semua kucurahkan segenap kemampuanku untuk tetap mempertahankan metode pembelajaranku dengan inkuiri, hatiku kembali tergugah dan terharu saat anak didikku disajikan metode yang lain dengan bermain peran, betapa antusiasnya anak-anakku, mereka bisa tersenyum, bisa tertawa saat ada siswa yang bingung menempatkan perannya pada rantai makanan, ach… pengalaman open class itu benar-benar sesuatu dalam sejarah pembelajaranku selama menjadi guru. Akhirnya jerih payahku terbayar dengan pelukan dari dosen-dosen UPI dan menanggapi pembelajarnku dengan baik, bahkan Bu Enci mengatakan pada kepala sekolah, Bapak harus bangga memiliki guru seperti Bu Neng…..! kalimat itu selalu menjadi pemicu dalam menjalani tugas rutinitasku sebagai pengajar…….

PUBLIKASI ILMIAH



Latihan Menulis Best Practice Guru
Seharum Bunga Melati
Oleh: N. Khodijah – SMPN 1 Banyusari Karawang

            Suatu pagi di sebuah taman, bunga mawar dan bunga melati terbangun dari tidurnya yang lelap. Mereka dikejutkan oleh embun pagi yang mengalir menyejukkan mereka. Bulir-bulir gutasi seperti kristal yang terpatri di helaian jubah daun membuat mereka semakin anggun diterpa sang surya yang perlahan sinarnya menerpa tubuh mereka. Biasanya para pengunjung taman akan berbondong-bondong menghirup udara pagi di taman tersebut, apalagi ketika bunga melati mulai bermekaran, semerbak wanginya tak tertandingi oleh bunga yang lain. Memang di taman tersebut bunga melati selalu menjadi pusat perhatian para pengunjung.
            Walaupun Ia tidak besar, tidak mencolok, dan tidak berwarna, tapi ia selalu tahu bagaimana caranya untuk mengundang para kumbang bahkan manusia sekalipun. Ia seperti malaikat yang begitu polos, begitu manis, tak berdosa, bahkan kau akan sering menemukannya terangkai indah sebagai mahkota ibu suri, atau tersemat di rambut para puteri, atau melilit-lilit di gaun pengantin. Kelebihan ini ternyata tak disukai bunga mawar, bunga mawar merasa dirinya lebih segalanya dari bunga melati. Ia berpikir dirinya memiliki warna-warna yang indah dan mencolok tak seperti melati yang berwarna tak menarik, selain itu bunga melati itu mudah sekali layu berbeda dengan dirinya yang akan selalu segar jika disimpan di vas bunga. Setiap pagi itulah pekerjaan bunga mawar, mengeluh tentang bunga melati.
       Sampai akhirnya, bunga mawar tak sanggup lagi menahan rasa irinya pada bunga melati. Ia pun mengeluarkan semua keiriannya pada bunga melati. Bunga Melati hanya diam dan tetap tersenyum. Senyumnya yang manis membuat keharuman dirinya semakin merebak. Sehingga membuat udara di Taman Bunga Kerajaan bertambah wangi dan bertambah banyak Kumbang yang datang. Kedatangan para Kumbang yang bertambah banyak, membuat semua bunga di taman kerajaan menjadi senang. Mereka pun sibuk menyapa para Kumbang dan mempersilahkan mengisap sari madu yang ada pada setiap bunganya. Para bunga tentu tidak akan bisa berbunga lagi jika tidak ada kumbang yang datang dan menghisap sari madu mereka.
        Bunga Melati tersenyum senang. Dia tidak perlu menjelaskan kepada bunga mawar dengan kata-kata. Perbuatannya memanggil para Kumbang telah menjawab keirian bunga mawar. Bunga mawar kini telah mengerti, kenapa bunga Melati sangat wangi sakali. Karena bunga Mawar mengakui bahwa keberadaan bunga Melati itu justru harus disyukuri. Bunga Melati memang memberi mereka keuntungan yang banyak. Beruntunglah karena bunga Melati bukanlah bunga yang mudah tersinggung. Bunga Melati memberi tahu temannya dengan cara yang sangat cerdas. Sehingga   mereka menjadi hidup rukun berdampingan di taman itu. Keindahan dan keharuman mereka membuat para pengunjung semakin betah jika berada disana.